Makasih buat: Tuhan | Tanah Borneo | Kota Malang | Tanah Sintang |Bumi Puyang Gana | Kampus Tercinta | Anggi & Laras | Para Pembaca

jasa pembuatan blog. per blog kami memberikan harga spesial hanya Rp.250.000 Hub kami di HP 0813 4933 1313

Miki Hermanto. Powered by Blogger.
Widget by Katakan-Hey
Widget by Katakan-Hey
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
JANGAN LUPA MENGISI JAWAB POLLING YANG KAMI SEDIAKAN DI SAMPING KIRI BLOG.. INI TERIMA KASIH

Pertemuan Terakhir

Thursday 29 January 2015

Hari ini masih terdengar jelas semua petuah lantang dari seorang penakluk masa usianya kala itu 70 tahunan itu semua dibuktikan oleh garis-garis kerutan terpampang jelas diwajah tuanya tubuhnya telah renta, tak hanya itu segalam macam cerita masa lalunya telah mempertegas semua itu.

"jangan biarkan bapakmu bekerja terlalu membanting tulang, kalian sekarang sudah besar sudah mampu untuk mengambil alih atau setidaknya mengambil bagian pekerjaan bapak kalian, kasian dia, keadanya sekarang sudah mulai berkeriput" tanda nasehat nenek waktu itu. bapak yang ia maksud itu adalah anak tertua sang nenek itu, walaupun anaknya sudah memiliki 3 orang cucu yang lucu-lucu, bagi nenek itu, bapak itu tetaplah anak-anak baginya, tidak perduli berapapun usia kita, apapun jabatan kita tetaplah anak-anak bagi kedua orang tua kita.

hari terakhir kami bertemua manakala ketika aku sengaja menyempatkan diri untuk berkunjung kesana bukan apa-apa hanya perasaan rindu telah menuntun langkahku kesana, seperti biasa setiap kali kesana adalah dari pintu dapur aku meyelinap kedalam rumah yang hening itu walau sesekali terdengar suara graduk didalam sana itu artinya ada penghuninya disana, ketika aku melemparkan pandang dari pintu masuk itu terlihat  sosok tua sedang sibuk dengan sejuta kesibukan yang menjadi rutinitas atau sekedar untuk meyenangkan hatinya saja karna memang nenek tidak betah dengan hanya berdiam diri. bersamanya nampak dua orang balita lucu satu perempuan yang menurut perkiraan saya sekita berusia 3 tahun karna gadis kecil itu sudah pandai berbicara dan yang satunya lagi laki-laki tubuhnya tambun berisi dalam hikmat saya anak itu berusia sekitar 7 sampai delapan bulan usaianya baru bisa merayaplah yang anak balita itu bisa. tangan nenek sibuk menari dengan anyamnanya, sepetinya dia sedang membuat tas kecil dari pipa bekas minuman yang pasti sudah ia kumpulkan dalam waktu yang lama karna perlu sangat banyak itu cukup membuat sebuah tas.nenek itu merawat dan menjaga kedua cucunya itu dengan kasih sayang yang melebihi kedua orang tua anak itu, hanya saja kedua anak itu belum bisa menterjemahkan arti kasih sayang karna mereka dua terlalu muda untuk itu.

sesekali nenek berbicara dengan kedua balita itu, adalah merry cucu yang perempuan dan chico yang satunya lagi, keduanya terlihat begitu aktif dengan kesibukan masing-masing. melihat kedatangan ku si nenek menanyakan dari mana kedatanganku, seperti itulah setiap kali aku datang kesana selalu menanyakan aku habis pergi kemana, lalu pertanyaan kedua adalah apa aku sudah makan atau belum, karena sulit membedakan aku sudah makan ataupun belum bukan karena aku terlihat gemuk ataupun tambun tapi sebaliknya.dan pertanyaan wajib yang ketiga adalah kalau mau minum kopi, gula dan sahabatnya ada di lemari di dekat jendela walau sebenarnya hanya ada satu lemari disana.

pada malam harinya setelah makan malam kami berkumpul di ruangan keluarga, kami bercengrama dengan canda selayaknya keluarga yang sudah lama tidak bersua, sesekali mery kecil melintas dengan sepeda mainnya yang memang sengaja ia mainkan dalam ruang tamu itu, dan terkadang sesekali juga kucing hitam milik nenek juga tidak mau kalah dengan merry ia juga ikut sibuk bermain seolah-olah ia tahu perasaan kami, ia juga merasa bagian dari keluarga itu. dalam hiruk pikuk kegembiran itu aku tawarkan pada nenek dan seisi rumah itu jika tidak salah ada kami tujuh orang, tidak perlu aku defenisikan satu persatu untuk menonton video dokumentasi pertandingan cucu dari nenek itu. sudah barang tentu sang nenek menyambut tawaran ku itu. 

nenek duduk dengan ancang-ancang seperti mempersiapkan kuda-kuda ah tidak bukan seperti itu hanya kiasan saja kawan, merry kecil juga tidak mau ketinggal ia juga ingin mengambil bagian walau ia malu-malu duduk bersembunyi dibelakang nenek. video dokumentasi pertandingan kejuaraan cucu nenek itupun mulai, durasi pertandingan itu sekitar 4 menit saja namun bagi nenek 4 menit itu sangat menegangkan karna nampak jelas di video itu sang cucu beradu jotos dengan lawan tandingnya. dan pada menit terakhir wasit menyatakan sang cucu menang, dan walaupun wasit tidak memberitahukan pada nenek ia juga tahu kalau cucunya lah pemenangnya, . karna nampak jelas kalau lawan cucuny tergeletah di matras, malam itu banyak sekali video-vide yang kami tonton seningga bateri ngdrop. malam itu mereka habiskan dengan berbagai macam carita sehingga mereka terlena oleh buaian malam dan senyap dalam dekapan langit malam.

menjelang siang hari aku menyempatkan diri untuk main kerumah tetangga sebelah yang hanya berjarak sekitar lima puluh meter dari rumah nenek, kami duduk diteras rumah berlantai dua itu, bapak pemilik rumah itu ada aku panggil apai (bapak angkat) ada juga inai dan yang satunya lagi kakak dari nenek namanya Rabiah, menjelang sore hari ditengah cerita kami nampak melintas nenek membawa sebuah takin digantung di bahunya kepalanya tertutup selembar handuk agar sengatan matahari tidak langsung menancap kedalam ubun-ubunnya. nenek itu mengatatakan akan mengambil kayu bakar yang sudah sudah ia kumpulkan beberapa minggu lagu, kayu itu bekas dari pembersihan lahan disekitar rumah apai itu.butuh waktu sekitar setengah jam takin sudah penuh dengan kayu bakar walau belum semuanya terkumpul. teriknya matahari membuat nenek kelelahan dan ia memutuskan untuk berteduh dan bergabung dengan kami. 

nenek bergabung dengan kami dan duduk membaur, karna itu terlalu letih ia memutuskan untuk berbaring dilantai, matanya menatap lurus kelangit-langit teras itu, angin yang sepoi-sepoi membelai tubuhnya sesekali nenek mengipas tubuhnya dengan handu yang tadi ia gunakan untuk penutup kepalanya sesekali ia mengusap peluh diwajah tuanya.lalu nenek bercerita pada saudara sulungnya yang sudah ada disana sejak tadi siang kalau semalam ia menonton video dokumentasi pertandingan cucunya. ia bercerita dengan sangat berapi-api bahwa cucunya begitu hebat dalam adu jotos, mereka membanding-bandikan dengan aksi actor mandarin yang menjadi idola mereka yaitu jacki chan, lalu cerita mereka melebah dengan berbagai adegan dalam beberapa film yang pernah mereka tonton, mendengar cerita dari adiknya itu membuat saudara nenek itu sangat ingin menyaksikan video itu namun sayang sekali karna bateri laptop sudah ngedrop semalam, sehingga pupuslah sudah harapan nenek, " ia nantilah nunggu kamu kesini lagi kita melihat video itu" tutur nenek itu kepada ku.

seminggu berlalu sudah dari pertemua kami itu, aku mendapatkan telepon yang mengabarkan jika tadi pagi nenek ditemukan tersungkur  di dapar dekat tungku dapur dimana tempat setiap pagi nenek itu menanak air. mendapat kabar itu saya dan keluarga langsung menuju ke sana ketempat nenek. setiba disana ku lihat sudah banyak orang-orang berkumpul disana, kesedihan wajah mereka disana terlukis jelas tanpa perlu aku tanyakan. tetap saja hari ini aku masuk dari dapur karna ini kebiasaanku. kedatanganku kali ini tidak seperti kunjungan sebelum-sebelumnya, sejuta kesedihan berkecamuk didalam rasa, ku tatap satu demi satu orang-orang disana tidak ada satupun mulut dari mereka yang bernyali memaparkan pada ku, keberanian mereka menciut begitu saja melihat kedatangan ku. bukan apa-apa, bukan juga aku sebagai sosok yang paling di takuti, namun mereka tahu bahwa aku adalah cucu yang paling disayangi oleh nenek itu. adalah anak bungsu nenek itu yang berani membuka kata dengan ku. bahwa tadi pagi saat ia bangun ia menemukan nenek sudah tersungkur di dekat tungku dapur, ia angkat dan dipindakan ke tempat ruangan keluarga ini, dari sejak ditemukan tersungkur ini hingga sekarang belum ada sedikitpun kata yang keluar dari mulutnya, sekujur tubuhnya lumpuh begitu saja, tidak ada yang bisa digerakan, ku dekati nenek  yang masih terbaring dipangkuan cucu yang ia rawat sejak usia 7 hari karna kedua orangtua cucunya itu bercerai. cucunya itu sudah tumbuh dewasa sudah sama besarnya dengan ku, usianya kini sudah 18 tahun. ia memangku neneknya dengan tertunduk dengan hati remuk redam pasti ia menyesali diri karna ia belum bisa memberikan apa-apa pada orang yang sudah merawat dan membesarkannya itu malahan sebaliknya sesekali sang neneklah yang memberinya uang saat ia kehabisan beras karna memang beberapa bulan ini ia mencoba hidup mandiri dan berumah sendiri. 

ku pangil nenek dekat dengan telinganya  perlahan dengan nada lirih tertahan, tidak ada jawaban, matanya yang sangat redup menatapku seolah-olah ingin bercerita padaku bahwa ia sedang sekarat, kutatap dalam-dalam wajah nenek itu, kucari jawaban atas pertanyaan kami semua yang ada sini, apa sebenarya yang tadi, namun semua itu menjadi semua dan pudar begitu saja ketika perlahan-lahan air mata dari wajah tua renta itu mengalir kepipinya. tepat pukul 03.00 nenek pulang pangkuan sang pencipta, tak satu patah katapun itu tinggalkan untuk kami yang mengasihi dan dikasihinya. semuanya berlalu begitu saja. kakak nenek itu juga sangat terpukul dengan kepergian adik tercintanya itu, karna hanya tinggal mereka berdua yang tersisa dan kini adiknya juga haru pergi, mengapa harus adiknya lebih dulu dipanggil bukan dia; begitu ratapan lirih diantara isak tangisnya.

hari-hari yang dilalu oleh kakak nenek itu semakin berat ia benar-benar kehilangan adiknya. sudah banyak pahit manis masa yang mereka lalu bersama sudah bertengah abad lamanya mereka mengembara dalam perjalanan hidup namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia benar-benar berada pada sedih yang mendalam. keadaan itu membuat nenek tertua itu jatuh sakit terlebih-lebih semenjak kehilangan adiknya ia jarang sekali makan dan susah tidur walau sempat dirawat di rumah sakit. setelah tujuh bulan adiknya menghadap yang Maha Kuasa ia pun menyusul adiknya menghadap ilahi dalam damai. 

ketika aku tiba dirumah duka itu, nenek tertua itu sudah terbujur kaku kutatap wajah yang sudah pucat pasi itu bak orang yang tertidur sangat lelap. kini ia bawa semua keinginannya untuk menonton video pertandingan cucu sulung adiknya itu. selamat jalan nenek, perjalanan kerumahmu memang berat, namun lebih berat ketika kami tidak lagi menemukan sambutan senyum manis dari kalian yang selama ini menghapus setiap letih kami. biarlah semua petuahmu akan menjadi ajimat kami.
 


kemiskinan motivasi pendidikan

Monday 26 January 2015

adalah seorang pemuda kampung yang terlahir dari keluarga yang kurang beruntung jauh dari hiruk-pikuk dunia luar dan tinggal pondok di ladang. perlu berjalan kaki sekitar 1 jam untuk tiba dikampung terdekat, jadi benar-benar hanya ada satu rumah disana itu artinya tidak ada tetangga. jangankan melihat dunia luar, berinteraksi dengan orang asingpun satu bulan sekali itu pun jika ada  orang yang kebetulan mencari kayu atau mencari rotan kearah sana. tujuh tahun lamanya sejak ia lahir terkurung disana, batas bermain hanya dipinggir tepian dan atau sekita pekarangan gubuk saja, pada suatu hari dimana hari itulah yang telah dinantikan oleh sang bapak untuk melepas anak sulungnya ke dunia peradaban manusia, anak kecil kurus dekil itu dikirim untuk bersekolah dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya. 

sang bapak tidak ingin nasib anaknya kelak seperti dirinya. anak itu ia antar ke desa terdekat dengan tempat tinggal mereka. bagi sang anak, kata sekolah adalah sebuah bahasa asing yang belum pernah ia dan orangtuanya sebut dalam pembicaraan sehari-hari, namun sang anak sangat senang karna hari ini ia bisa berjalan melewati batas bermainnya yaitu tepian sungai dekat rumah mereka. butuh berjalan kaki tiga jam lamanya untuk mereka tiba ditempat tujuan, tanpa sang anak ketahui si bapak sudah membuat sebuah gubuk disana  yang menurut hikmat saya sekitar berukuran 1x3 meter itu cukup lah untuk berteduh bagi sang sulung  dan nenek yang juga ikut serta karna si neneklah yang nantinya akan menemani cucu menimba ilmu disana. 

hari pertama masuk sekolah penuh dengan sejuta tanya, betapa tidak ia dan nenek tidak tahu bagaimana cara mengikat tali sepatu, dimana memasang dasi. itu semua karna sebelumnya sandal saja si sulung tidak pernah mengunkannya. apalagi barang-barang asing seperti ini, adalah tetangganya yang merupakan istri guru yang membantu menjawab kebinggungan cucu dan nenek itu. belum lagi ternyata sang bapak juga sudah menyiapkan sebuah kresek hitam yang didalamnya ada sebuh buku dan sebatang pesil, menurut pesan bapaknya kemarin bawa saja kantong kresek itu kesekolah. ia tidak bisa befikir yang macam-macam ia hanya tahu pergi kesekolah dang membaur dengan siswa baru yang lainnya. dua tahun lamanya ia ditemani oleh sang nenek, kini masuk tahun ketiga dan nenek harus kembali kekampung itu artinya di akan sendiri disana, namun tanpa diduga si bapak sudah menyiapkan satu tangguang jawab untuknya yaitu adiknya.adiknya juga masuk sekolah, ia harus bertanggungjawab atas adiknya juga harus menjadi pemimpin adiknya itu. 

hari demi hari mereka berdua lewati dengan berbagai rutinitas rumah dan sekolah semuanya mereka kerjakan bersama, memasak, mencari kayu bakar, cuci pakaian ya semuanya. dan setiap hari sabtu mereka kembali ke kampung untuk mengambil perbekalan beras dan sayur mayur. setahun berikutnya adiknya yang paling buntut juga menyatakan diri siap untuk bertarung melawan kerasnya hidup bersama kakak-kakaknya. kini mereka bertiga yang bergandengan tangan kerasnya hidup jauh dari orangtua, mereka benar-benar dewasa sebelum usianya, tidak jarang  mereka hanya makan dengan nasi putih berkuahkan air dan berbumbu garam saja, itu sangat nikmat bagi lidah yang belum terkontaminasi oleh racikan masakan asing. kehidupan ketiga kakak beradik ini bukan tanpa ujian yang berat pada tanggal 06 januari 1999 ketika subuh dan mereka sedang tertidur lelap gubuk tempat mereka tinggal dilalap api,  api itu berasal dari bekas mereka memasak nasi tadi malam, sang sulung yang menjadi pemimpin dengan sigap membangunkan kedua adiknya, karna tidak sempat membuka pintu yang terselot dengan kayu, memaksa sulung untuk mendobrak dinding gubuk yang terbuat dari kulit kayu jentupak, adalah si bungsu dan di susul oleh kakaknya yang pertama keluar dari lobang dinding itu setelah kedua adiknya berada diluar barulah sang sulung keluar, kurang dari setengah jam gubuk itu sudah rata dengan tanah tetangga yang berusaha membantu tidak bisa berbuat apa-apa, karna gubuk itu terbuat dari kayu dan beratap daun lumbia jadi sangat mudah terbakar. kejadi itu tidak memupuskan semangat ketiganya. 

setelah sembilan tahun berjuang disana, sulung berangkat ke kota kabupaten untuk melanjutkan pendidikannya. tekatnya sudah bulat adalah SMK pertanian tempatnya berlabuh, bukan apa-apa karna hanya sekolah itu yang ia ketahui dari berita diradio. setelah tiga tahun ia berkutat dengan pendidikan di SMK itu ia lulus dan kembali ke kampung halamannya, kini kedua orang tuanya berserta nenek sudah pindah ke tengah kampung walau dikampung itu hanya di huni oleh tujuh kepala keluarga kala itu. suatu malam ia bercerita pada sang bapaknya kalau ia sudah mendaftarkan diri diperguruan tinggi dari jalur prestasi, karna tanpa kedua orangtuanya ketahui ternyata selama mengenyam pendidikan di kota ia memiliki prestasi non akademik, itu cukup untuk menjadi jembatan ia ke perguruan tinggi, bapaknya hanya mejawab ketus seperti biasa. "bapak ndak ada uang". hanya itu kata-kata bapaknya, walaupun begitu sang bapak adalah orang yang sabar dan teguh hati, walaupun ia mengatakan tidak ada uang sebenar ia ada menyimpan sedikit walaupun hanya belasan ribu rupiah, atau setidaknya satu butir telur ayam kampung yang di balut dengan kain agar tahan lama terkadang bisa sampai belasan butir, telur-telur itu sengaja ia simpan siapa tahu sewaktu-waktu ada anaknya yang sakit, telur itu bisa untuk membuang angin. setelah lama berdiam sang ayah bertanya pada anak prihal berapa biaya yang anaknya butuhkan untuk melanjutkan pendidiknya itu, bapak kasikan saja saya 800ribu pasti cukup sampai ke kota malang masalah disana nanti itu gampang, yang penting sudah sampai disana. 

saat itu kebetulan masih ramainya aktivitas PETI disekitar kampung mereka, keesokan harinya mendatangi pemilik PETI barang kali ada diantara mereka yang ingin membeli kayu tangkawang untuk membuat lanting, karna hanya itu yang ia punya untuk di jual, dan benar saja ada satu diantara mereka yang lagi membutuhkan kayu untuk membuat lanting sebagai keperluan PETI.setelah di cek dan disepakati 3 pohon tengkawang itu dihargai 600rb. keteguhan hati dan niat untuk menyekolahkan anaknya sudah memberi sang bapak pilihan yang sulit yaitu anaknya gagal mengejar cita-cita atau menjual warisan dari kakek mertuanya.tapi ia sudah membuat keputusan tengkawang itu akan ia ganti kelak dengan tengkawang yang muda dan mungkin dengan jumlah yang lebih banyak. pada hari sebelum keberangkatan anaknya uang sudah terkumpul 800rb tidak kurang dan tidak lebih pas 800rb.dengan uang itu sulung berlayar bersama teman seperjuangannya ke seberang ke negeri yang entah berantah. sang ayah tahu bahwa anaknya pasti bisa hidup dan bertahan disana sampai ia mendapatkan apa yang ia impikan karna alam sudah menempanya. Sekian




cerita tertama masuk sekolah akan di tulis pada: dengan judul "9 tahun"
Cerita di negeri entah berantah akan di tulis pada: dengan judul " dendam masa lalu"


ayam philipine

Wednesday 21 January 2015

admin kembali akan memposting gambar dan foto ayam Philipina lagi. untuk melihat gambar ayam Philipina sebelumnya bisa lihat disini 
ok biar tidak terlalu banyak bacot langsung ke TKP saja..

Foto dan gambar di bawah ini adalah milik anggota group AYAM SABONG TAJI
















 ayam-ayam tersebut diatas di jual oleh pemiliknya. untuk cek harga silahkan buka di link group di atas.


gambar ayam sabung Philipina

Wednesday 14 January 2015

setelah cukup lama tidak memposting. kali ini admin kembali akan memposting gambar dan foto ayam Philipina lagi. untuk melihat gambar ayam Philipina sebelumnya bisa lihat disini 
ok biar tidak terlalu banyak bacot langsung ke TKP saja..

Foto dan gambar di bawah ini adalah milik anggota group AYAM SABONG TAJI





























ayam-ayam tersebut diatas di jual oleh pemiliknya. untuk cek harga silahkan buka di link group di atas.