Makasih buat: Tuhan | Tanah Borneo | Kota Malang | Tanah Sintang |Bumi Puyang Gana | Kampus Tercinta | Anggi & Laras | Para Pembaca

jasa pembuatan blog. per blog kami memberikan harga spesial hanya Rp.250.000 Hub kami di HP 0813 4933 1313

Miki Hermanto. Powered by Blogger.
Widget by Katakan-Hey
Widget by Katakan-Hey
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
JANGAN LUPA MENGISI JAWAB POLLING YANG KAMI SEDIAKAN DI SAMPING KIRI BLOG.. INI TERIMA KASIH

kemiskinan motivasi pendidikan

Monday, 26 January 2015

adalah seorang pemuda kampung yang terlahir dari keluarga yang kurang beruntung jauh dari hiruk-pikuk dunia luar dan tinggal pondok di ladang. perlu berjalan kaki sekitar 1 jam untuk tiba dikampung terdekat, jadi benar-benar hanya ada satu rumah disana itu artinya tidak ada tetangga. jangankan melihat dunia luar, berinteraksi dengan orang asingpun satu bulan sekali itu pun jika ada  orang yang kebetulan mencari kayu atau mencari rotan kearah sana. tujuh tahun lamanya sejak ia lahir terkurung disana, batas bermain hanya dipinggir tepian dan atau sekita pekarangan gubuk saja, pada suatu hari dimana hari itulah yang telah dinantikan oleh sang bapak untuk melepas anak sulungnya ke dunia peradaban manusia, anak kecil kurus dekil itu dikirim untuk bersekolah dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya. 

sang bapak tidak ingin nasib anaknya kelak seperti dirinya. anak itu ia antar ke desa terdekat dengan tempat tinggal mereka. bagi sang anak, kata sekolah adalah sebuah bahasa asing yang belum pernah ia dan orangtuanya sebut dalam pembicaraan sehari-hari, namun sang anak sangat senang karna hari ini ia bisa berjalan melewati batas bermainnya yaitu tepian sungai dekat rumah mereka. butuh berjalan kaki tiga jam lamanya untuk mereka tiba ditempat tujuan, tanpa sang anak ketahui si bapak sudah membuat sebuah gubuk disana  yang menurut hikmat saya sekitar berukuran 1x3 meter itu cukup lah untuk berteduh bagi sang sulung  dan nenek yang juga ikut serta karna si neneklah yang nantinya akan menemani cucu menimba ilmu disana. 

hari pertama masuk sekolah penuh dengan sejuta tanya, betapa tidak ia dan nenek tidak tahu bagaimana cara mengikat tali sepatu, dimana memasang dasi. itu semua karna sebelumnya sandal saja si sulung tidak pernah mengunkannya. apalagi barang-barang asing seperti ini, adalah tetangganya yang merupakan istri guru yang membantu menjawab kebinggungan cucu dan nenek itu. belum lagi ternyata sang bapak juga sudah menyiapkan sebuah kresek hitam yang didalamnya ada sebuh buku dan sebatang pesil, menurut pesan bapaknya kemarin bawa saja kantong kresek itu kesekolah. ia tidak bisa befikir yang macam-macam ia hanya tahu pergi kesekolah dang membaur dengan siswa baru yang lainnya. dua tahun lamanya ia ditemani oleh sang nenek, kini masuk tahun ketiga dan nenek harus kembali kekampung itu artinya di akan sendiri disana, namun tanpa diduga si bapak sudah menyiapkan satu tangguang jawab untuknya yaitu adiknya.adiknya juga masuk sekolah, ia harus bertanggungjawab atas adiknya juga harus menjadi pemimpin adiknya itu. 

hari demi hari mereka berdua lewati dengan berbagai rutinitas rumah dan sekolah semuanya mereka kerjakan bersama, memasak, mencari kayu bakar, cuci pakaian ya semuanya. dan setiap hari sabtu mereka kembali ke kampung untuk mengambil perbekalan beras dan sayur mayur. setahun berikutnya adiknya yang paling buntut juga menyatakan diri siap untuk bertarung melawan kerasnya hidup bersama kakak-kakaknya. kini mereka bertiga yang bergandengan tangan kerasnya hidup jauh dari orangtua, mereka benar-benar dewasa sebelum usianya, tidak jarang  mereka hanya makan dengan nasi putih berkuahkan air dan berbumbu garam saja, itu sangat nikmat bagi lidah yang belum terkontaminasi oleh racikan masakan asing. kehidupan ketiga kakak beradik ini bukan tanpa ujian yang berat pada tanggal 06 januari 1999 ketika subuh dan mereka sedang tertidur lelap gubuk tempat mereka tinggal dilalap api,  api itu berasal dari bekas mereka memasak nasi tadi malam, sang sulung yang menjadi pemimpin dengan sigap membangunkan kedua adiknya, karna tidak sempat membuka pintu yang terselot dengan kayu, memaksa sulung untuk mendobrak dinding gubuk yang terbuat dari kulit kayu jentupak, adalah si bungsu dan di susul oleh kakaknya yang pertama keluar dari lobang dinding itu setelah kedua adiknya berada diluar barulah sang sulung keluar, kurang dari setengah jam gubuk itu sudah rata dengan tanah tetangga yang berusaha membantu tidak bisa berbuat apa-apa, karna gubuk itu terbuat dari kayu dan beratap daun lumbia jadi sangat mudah terbakar. kejadi itu tidak memupuskan semangat ketiganya. 

setelah sembilan tahun berjuang disana, sulung berangkat ke kota kabupaten untuk melanjutkan pendidikannya. tekatnya sudah bulat adalah SMK pertanian tempatnya berlabuh, bukan apa-apa karna hanya sekolah itu yang ia ketahui dari berita diradio. setelah tiga tahun ia berkutat dengan pendidikan di SMK itu ia lulus dan kembali ke kampung halamannya, kini kedua orang tuanya berserta nenek sudah pindah ke tengah kampung walau dikampung itu hanya di huni oleh tujuh kepala keluarga kala itu. suatu malam ia bercerita pada sang bapaknya kalau ia sudah mendaftarkan diri diperguruan tinggi dari jalur prestasi, karna tanpa kedua orangtuanya ketahui ternyata selama mengenyam pendidikan di kota ia memiliki prestasi non akademik, itu cukup untuk menjadi jembatan ia ke perguruan tinggi, bapaknya hanya mejawab ketus seperti biasa. "bapak ndak ada uang". hanya itu kata-kata bapaknya, walaupun begitu sang bapak adalah orang yang sabar dan teguh hati, walaupun ia mengatakan tidak ada uang sebenar ia ada menyimpan sedikit walaupun hanya belasan ribu rupiah, atau setidaknya satu butir telur ayam kampung yang di balut dengan kain agar tahan lama terkadang bisa sampai belasan butir, telur-telur itu sengaja ia simpan siapa tahu sewaktu-waktu ada anaknya yang sakit, telur itu bisa untuk membuang angin. setelah lama berdiam sang ayah bertanya pada anak prihal berapa biaya yang anaknya butuhkan untuk melanjutkan pendidiknya itu, bapak kasikan saja saya 800ribu pasti cukup sampai ke kota malang masalah disana nanti itu gampang, yang penting sudah sampai disana. 

saat itu kebetulan masih ramainya aktivitas PETI disekitar kampung mereka, keesokan harinya mendatangi pemilik PETI barang kali ada diantara mereka yang ingin membeli kayu tangkawang untuk membuat lanting, karna hanya itu yang ia punya untuk di jual, dan benar saja ada satu diantara mereka yang lagi membutuhkan kayu untuk membuat lanting sebagai keperluan PETI.setelah di cek dan disepakati 3 pohon tengkawang itu dihargai 600rb. keteguhan hati dan niat untuk menyekolahkan anaknya sudah memberi sang bapak pilihan yang sulit yaitu anaknya gagal mengejar cita-cita atau menjual warisan dari kakek mertuanya.tapi ia sudah membuat keputusan tengkawang itu akan ia ganti kelak dengan tengkawang yang muda dan mungkin dengan jumlah yang lebih banyak. pada hari sebelum keberangkatan anaknya uang sudah terkumpul 800rb tidak kurang dan tidak lebih pas 800rb.dengan uang itu sulung berlayar bersama teman seperjuangannya ke seberang ke negeri yang entah berantah. sang ayah tahu bahwa anaknya pasti bisa hidup dan bertahan disana sampai ia mendapatkan apa yang ia impikan karna alam sudah menempanya. Sekian




cerita tertama masuk sekolah akan di tulis pada: dengan judul "9 tahun"
Cerita di negeri entah berantah akan di tulis pada: dengan judul " dendam masa lalu"


2 comments :

Slashky Gitaris said...

Ceritanya bagus ni, cuma kasi saran aja ni.
1. hurufnya kecil banged bro, coba ganti pake font Arial.
2. Coba di kasi "enter" bro biar enak bacanya.

tapi dari segi isi udah mantap. ^_^

Unknown said...

thank atas saran dan kunjungannya brow

Post a Comment

Bagi anda yang ingin meninggalkan komentar dan tidak memiliki Akun, silahkan gunakankan Anonymous.
Anda boleh mengcopy sebagian atau seluruh isi blog ini dengan tetap mencantumkan alamat blog.
Terima kasih telah berkunjung
salam Hangat dari Admin Aneka Raga