Membaca Roman ini, saya seperti melihat film perang jaman revolusi dulu. Semuanya seperti nyata adanya. Kisah-kisah kepahlawanan ditulis dengan indah oleh Pak Pramoedya Ananta Toer. Kisah itu apa adanya. Layaknya kita masuk dalam medan peperangan itu. Tokoh Larasati (Dipanggil Ara) begitu kuat karakternya. Penuh amarah dan dendam yang membara kepada penjajah.
Seperti ketika Ara sangat jengkel dengan Opsir Belanda, yang memporak porandakan rumahnya. "binatang! Anjing! Serigala!, ia menangis terisak-isak."Apa gunanya memaki?Mereka memang anjing, mereka binatang,"Lasmidjah (Ibu Ara) meneruskan."Dulu bisa mengadu. Dulu ada pengadilan. Dulu ada polisi, kalau duit kita dicolong tetangga kita. Apa sekarang? Hakim-hakim , jaksa-jaksa yang sekarang juga nyolong kita punya. Siapa mesti mengadili kalau hakim dan jaksa sendiri pencuri?" .
Sungguh kata-kata dalam Roman itu begitu menusuk hati .Yang sampai sekarang juga masih bisa terasa, Larasati adalah seorang artis panggung dan bintang film yang cantik pastinya. Ini kisah perjalanan seorang perempuan yang ikut berjuang di medan perang. Bersama dengan sahabat-sahabar yang ingin merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Sungguh kisah yang sangat menggugah, Tak terbayangkan kalau generasi millenium sekarang ikut merasakan peperangan. Tapi dari membaca buku Larasati, kita seakan ikut merasakan amarah, dendam, kemunafikan yang tertulis dengan gamblang dan penuh gejolak. Dan akan muncul nasionalisme dalam diri kita kaum penikmat kemerdekaan. Kita akan bisa menghargai darah dan air mata yang sudah tercurah buat tanah air kita dan menghargai sebuah hak merdeka. Berterima kasihlah kepada pahlawan yang gugur meskipun mereka tanpa nama. Karena mereka tidak memikirkan nama.
Seperti ketika Ara sangat jengkel dengan Opsir Belanda, yang memporak porandakan rumahnya. "binatang! Anjing! Serigala!, ia menangis terisak-isak."Apa gunanya memaki?Mereka memang anjing, mereka binatang,"Lasmidjah (Ibu Ara) meneruskan."Dulu bisa mengadu. Dulu ada pengadilan. Dulu ada polisi, kalau duit kita dicolong tetangga kita. Apa sekarang? Hakim-hakim , jaksa-jaksa yang sekarang juga nyolong kita punya. Siapa mesti mengadili kalau hakim dan jaksa sendiri pencuri?" .
Sungguh kata-kata dalam Roman itu begitu menusuk hati .Yang sampai sekarang juga masih bisa terasa, Larasati adalah seorang artis panggung dan bintang film yang cantik pastinya. Ini kisah perjalanan seorang perempuan yang ikut berjuang di medan perang. Bersama dengan sahabat-sahabar yang ingin merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Sungguh kisah yang sangat menggugah, Tak terbayangkan kalau generasi millenium sekarang ikut merasakan peperangan. Tapi dari membaca buku Larasati, kita seakan ikut merasakan amarah, dendam, kemunafikan yang tertulis dengan gamblang dan penuh gejolak. Dan akan muncul nasionalisme dalam diri kita kaum penikmat kemerdekaan. Kita akan bisa menghargai darah dan air mata yang sudah tercurah buat tanah air kita dan menghargai sebuah hak merdeka. Berterima kasihlah kepada pahlawan yang gugur meskipun mereka tanpa nama. Karena mereka tidak memikirkan nama.
0 comments :
Post a Comment
Bagi anda yang ingin meninggalkan komentar dan tidak memiliki Akun, silahkan gunakankan Anonymous.
Anda boleh mengcopy sebagian atau seluruh isi blog ini dengan tetap mencantumkan alamat blog.
Terima kasih telah berkunjung
salam Hangat dari Admin Aneka Raga